Sniper Terbaik Sepanjang Masa sangat pantas disematkan kepada Simo Hayha. Siapa itu Simo Hayha? Ia adalah seorang petani dan pemburu. Undang-undang wajib militer di negaranya, membuatnya mengikuti wajib militer selama setahun. Usai itu, Simo resmi menjadi tentara Finlandia.
Pada 30 November 1939, Uni Soviet menyerang Finlandia dalam Perang Musim Dingin (Winter War), tanpa pernyataan perang. Serangan mendadak itu mendorong nasionalisme Simo. Ia angkat senjata membela negaranya.
Kemampuan menembak yang diperolehnya secara otodidak ketika sebagai pemburu, dan pelatihan menembak di militer, tak disangkanya akan menciptakan sejarah hebat bagi dirinya sendiri, negaranya dan bahkan dunia. Sejarah kemudian mencatatnya sebagai pencabut nyawa paling mematikan sepanjang sejarah perang Uni Soviet vs Finlandia, dalam winter war (1939-1940).
Berbekal senapan standard tanpa lensa pembidik (sebagaimana senapan sniper era setelahnya), Simo tercatat membunuh 505 tentara Soviet. Di luar jumlah itu, setidaknya ada sekitar 37 korban lainnya yang terbunuh oleh bidikannya, namun dianggap belum terkonfirmasi.
Di kesempatan lain, Simo terkonfirmasi membunuh dua ratusan tentara soviet dengan menggunakan sebuah senapan mesin ringan SMG (Suomi KP/-31). Jadi, total korban di tangan sniper terbaik dunia sepanjang masa itu mencapai 700an orang! Semua korbannya itu tewas dalam bidikannya dalam tempo kurang dari 100 hari.
Torehannya itu membuat Soviet berang bukan main. Maka, dalam rangka membunuh Simo seorang, militer Soviet melakukan sejumlah taktik. Di antaranya, melakukan strategi sniper vs sniper. Para sniper Soviet disiapkan. Mereka disebar di berbagai tempat yang diperkirakan sebagai tempat bersembunyinya Simo. Hasilnya? puluhan sniper Soviet mati dalam tembakan jarak jauh yang tak pernah meleset dari Simo.
Tak patah arang, Soviet dengan sangat serius mempersiapkan rencana berikutnya untuk mematikan sniper terbaik sepanjang masa itu. Pasukan khusus untuk membunuh Simo seorang pun, dibentuk. Apa yang terjadi kemudian? Semua pasukan elit yang khusus dipersiapkan untuk menghabisi Simo, tewas dalam bidikan “Sang Maut Putih” (The White Death).
Simo Hayha memang jago berkamuflase dalam hamparan salju, dan kuat survive dalam satu posisi, tak bergerak sama sekali, pada suhu minus 40 derajat Celsius. Dengan pakaian serba putih, dan penutup wajah serta kepala yang juga berwarna putih, ia menyatu dengan putihnya salju – Tak hanya itu, Simo memasukkan salju di mulutnya, supaya mulutnya tidak mengeluarkan uap ketika bernafas di udara dingin – Simo Hayha menjadi tidak terlihat sama sekali selama 3 bulan – dari sinilah bermula julukannya: The White Death.
Gagalnya sekian taktik, menambah murka petinggi militer Beruang Putih. Rencana baru pun disusun. Kali ini, Soviet melakukan kontra sniper dengan artileri berat. Carpet bombing, namanya; Semua lokasi bersalju yang diperkirakan sebagai tempat bersembunyi Simo, si Sniper Terbaik Perang Dunia 2 itu, dibombardir membabi buta, habis-habisan!
Beruntung bagi Soviet, sial kali itu bagi Simo Hayha. Setelah sekian lama, kontra sniper yang Soviet lakukan, akhirnya berbuah hasil. Pada 6 Maret 1940, sang sniper terbaik sepanjang masa itu tertembak dengan salah satu serangan artileri. Serangan itu menghantam kepala dan rahangnya.
Simo Hayha ditemukan dalam kondisi pingsan, dan setengah dari kepalanya hancur. Tujuh hari kemudian, The White Death terbangun dari koma, kendati dengan cacat permanen pada wajahnya. Saat Simo bangun dari koma, itulah hari perjanjian perdamaian antar kedua negara ditandatangani. Dan sejak itu pula, torehan tembak akurat jarak jauh ala Simo Hayha, Sang Maut Putih, berhenti.
Dibandingkan dengan Finlandia, kekuatan tempur Soviet empat kali lebih digdaya dari negara beribukota Helsinki itu. Namun nyatanya, militer Soviet dibuat frustrasi oleh militer Finlandia. Dan, Simo Hayha ikut memberi kontribusi besar frustrasinya Soviet kala itu.
Atas jasanya bagi negara, Kopral Simo Hayha, mendapatkan kenaikan pangkat sebagai Letnan Dua.
Pada 1998, Simo sempat diinterview perihal bagaimana caranya menjadi sniper hebat seperti dirinya. Latihan! Itulah jawaban singkat sang sniper terbaik dunia sepanjang masa itu. Dan, ketika ditanya, apakah ia tidak merasa bersalah dan menyesal telah membunuh ratusan nyawa militer Soviet, Simo menjawab, bahwa ia hanya melakukan tugas yang diembankan kepadanya, dan itu akan diselesaikannya dengan baik. Just it!
Pada 2002, di rumah sakit khusus veteran perang Finlandia, Simo Hayha meninggal dunia dengan tenang pada usia 96 tahun. Di batu nisan dewa sniper terbaik dunia itu, tertulis tiga kata Finlandia: Rumah, Agama, Ibu Pertiwi.
Dengan senapan standard jaman itu, dan demi motivasi menjalankan tugas semaksimal mungkin, Simo Hayha, mantan petani dan pemburu, Sang Sniper Terbaik Sepanjang Masa, membukukan rekor membunuh terbesar dalam sejarah dunia, yang bisa jadi tak akan terpatahkan sniper manapun.
Lihat pula:
11 Negara Berpotensi Memicu Perang Dunia III