Timnas Indonesia vs Islandia segera digelar. Laga bertajuk uji coba itu akan dilangsungkan pada hari Minggu (14/1/2018), di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Islandia adalah negara peserta Piala Dunia 2018. Sebelumnya, negara berpenduduk cuma 330 ribu jiwa ini berhasil menembus babak perempat final Piala Eropa 2016. Hebat dan fantastis, adalah dua kata yang patut disematkan kepada negara dengan populasi penduduk terkecil di dunia, yang pernah lolos ke Piala Dunia.
Atas inisiatif PSSI, yang patut diapresiasi, Tim berjuluk Strákarnir okkar (Our boys) itu berhasil diundang untuk bermain di Indonesia. Tentu, laga persahabatan ini penting! Penting, karena banyak hal yang bisa dipelajari PSSI dan Timnas Indonesia dari The Our Boys.
Tapi sayang, proses sedot Filosofi-Organisasi-Kepelatihan-Pengalaman-Skill-dan Manajemen suporter, sepertinya tidak menjadi yang terpenting bagi Timnas. Ada sejumlah alasan perihal itu.
Timnas Indonesia sudah Hebat?
Alasannya, Timnas Indonesia seolah jumawa. Jumawa, karena ketika tim tamu telah memulai latihan perdananya pada Selasa (9/1/2018), dalam kondisi cuaca terik (11.30 WIB), di Stadion Sultan Agung (SSA) Bantul, Timnas Indonesia justeru baru akan memulai latihan pada Jumat (12/1/2018).
Dua hari sebelum pertandingan, baru hendak latihan. Mepet betul! Lantaran, Timnas sengaja menunggu kehadiran pelatih kepala, Luis Milla, yang rencananya hari ini, Rabu (10/1/2018), akan tiba di Indonesia, usai liburan akhir tahun di Spanyol.
Bertanding dengan tim sekelas peserta Piala Dunia, dengan waktu latihan yang mepet, apa hasil yang bisa dicapai? Timnas Indonesia sudah Hebat…? Saking hebatnya, sehingga siap bertanding dengan persiapan minim? Wadaw!
Timnas Indonesia mau duel dengan Islandia untuk menimba pengalaman, atau cuma mau sekadar show? Sekadar memenuhi kuota rencana uji tanding sebelum Asian Games 2018? Sekadar ajang tepat untuk menggonta-ganti sejumlah pemain (senior) terbaik? Atau, sekadar mencapai angka penjualan tiket tertinggi?
Islandia serius, Kita?
Tim dengan dukungan suporter fanatik dan yel yel khas ini, sudah datang jauh hari. Sejak 5/1/2018, mereka bertolak dari Islandia, dan tiba pada 7 Januari. Artinya, tiga hari mereka menempuh perjalanan panjang dan melelahkan.
Namun, sehari setelah tiba (8/1/2018), mereka bermaksud mengadakan latihan perdana. Tapi, lantaran kondisi lapangan yang dianggap belum siap (rumput terlalu tinggi), latihan pun urung, dan lalu seluruh skuad mengisi waktu berkunjung ke Candi Prambanan.
Keseriusan jelas terlihat pada tim yang diarsiteki oleh Heimir Hallgrimsson ini. Tidak membuang-buang waktu. Datang lebih awal untuk aklimatisasi–serius berlatih. Tampak profesionalismenya, dan jelas tidak menganggap enteng Timnas Indonesia.
Dalam konteks itu, ada banyak nilai yang bisa dipetik. Betapa untuk menjadi sebuah tim besar tidak harus dari negara berpopulasi besar dan memiliki sejarah panjang sepakbola. Serius-Disiplin-Profesionalisme, adalah segitiga penting dalam menelorkan tim tangguh. Lalu, Kita?
Kenapa harus tunggu Milla?
Kaitan dengan latihan, kenapa harus tunggu Milla? Bukankah ada asisten pelatih, Bima Sakti? Idealnya, manakala nama-nama pemain terpilih telah dirilis, segeralah berkumpul dan berlatih. Lebih lama waktu berkumpul dan berlatih, lebih bagus. Apalagi, ada sejumlah pemain yang baru bergabung; butuh adaptasi tak singkat.

Bukankah filosofi dan taktik Milla sudah meresap dalam tubuh jajaran kepelatihan? Meresap, sebab sudah hampir setahun bersama. Tapi sekali lagi, kenapa harus menunggu Milla? Dalam situasi macam itu, federasi mestinya dapat langsung meminta dan menggerakkan asisten pelatih untuk mengambil alih sementara, dan serius mempersiapkan diri.
Masih banyak rasanya yang hendak penulis urai. Namun, capek hati juga untuk melanjutkan. Bukan apa-apa, kecintaan penulis terhadap Timnas begitu meresap hingga ke sumsum tulang belakang; begitu fanatik terhadap Timnas—tampil semakin baik dari waktu ke waktu—sejajar dengan tim-tim besar dunia. Setidaknya, untuk kawasan Asia saja dulu. Itu sudah hebat.
Semoga, model persiapan uji-tanding pas-pasan dengan tim yang berada di atas Timnas seperti ini, tidak lagi kejadian di waktu mendatang. Ingat, target 4 besar Asian Games Cabang Sepakbola, itu tidaklah mudah. Dalam rangka mencapai itu, porsi keseriusan, latihan dan profesionalisme harus double porsi.
Maka, seriuslah Timnas Garuda!