Crypto: Uang Masa Depan atau Punah?

crypto uang masa depan

CRYPTO menjadi salah satu isu global yang paling dibicarakan di tengah pusaran panas eksistensi cryptocurrency dan blockchain dalam satu dekade terakhir.

Tak sedikit yang pro, namun banyak pula yang kontra dengan eksistensi cryptocurrency (selanjutnya akan disebut dengan “Crypto” saja) dan teknologi yang menyertainya: blockchain. Sedangkan, sebagian orang lagi tidak tahu, atau bahkan tak mau tahu dengan ‘keriuhan’ apa yang sedang terjadi.

Tidak seperti blockchain yang relatif mendapatkan ‘karpet merah’, cryptocurrency atau mata uang kripto, dan atau mata uang digital, memperoleh sebaliknya: sinisme, skeptisme, dan bahkan penolakan keras. 

Bitcoin Induknya Crypto

Bitcoin yang merupakan induk dari ribuan altcoin yang beredar di dunia, menjadi yang paling dikritik oleh kalangan yang kontra.

Dalam banyak kasus, bitcoin seolah mewakili ribuan cryptocurrency tersebut. Penolakan terhadap bitcoin sama artinya penafian terhadap mata uang crypto manapun. Tak peduli seberapa bagus fundamental, dan besarnya utilitas (use case) token tersebut dalam komunitas penggunanya (itupun jika diakui ada). Demikian pula sebaliknya, penolakan terhadap salah satu atau keseluruhan mata uang virtual, otomatis penentangan terhadap bitcoin.  

Deras dan kerasnya resistensi global terhadap cryptocurrency sampai hari ini, jelas mencipta sentimen negatif yang berpengaruh pada laju pertumbuhan perdagangan aset kripto dengan segala aspek terkait di dalamnya, dan bahkan pertaruhan eksistensi masa depan aset kripto itu sendiri.

Jika antipati global terus meninggi, utamanya dari otoritas pembuat kebijakan (goverment), maka akan seperti apakah masa depan aset kripto dan blockchain sebagai ‘landasan pacu’ teknologinya di tahun-tahun mendatang — akankah menjadi mata uang masa depan, atau justeru dipinggirkan dan punah?

Sebelum tiba pada pendekatan jawaban dari pertanyaan besar di atas, mari kita lihat dua kubu opini yang terbentuk selama ini, yang mewakili kalangan pro dan kontra terhadap eksistensi crypto.

Apa Kata Ekspert

Para ekspert yang pro dan kontra ini, tentu saja bukan kaum awam; mereka mempunyai latar belakang ekspertisi dan berpengalaman dalam bidang keuangan, teknologi, pengusaha dan investor, baik atas nama individu dan institusi.

Dalam salah satu tweet-nya pada Februari 2019, pendiri dan CEO Digital Currency Group, Barry Silbert, menggunakan kata Bitcoin Bulls untuk mereka yang mendukung eksistensi cryptocurrency, dan Bitcoin Bears untuk mereka yang skeptis dan bahkan menolak keberadaan mata uang digital. Artikel ini akan menggunakan kedua istilah tersebut untuk membedakan dua ekstrim dimaksud.

Bitcoin Bears

* Warren Buffett

Jika ada investor senior yang paling menentang bitcoin cs, dia adalah Warren Buffett.

Dilansir dari cnbc.com, saat memimpin rapat tahunan pemegang saham Berkshire Hathaway, pada Mei 2018, investor ulung, dan salah satu dari 10 orang terkaya di dunia ini, tanpa segan melontarkan pernyataan: “Bitcoin adalah racun tikus kuadrat!”

Delapan bulan kemudian, pada Februari 2019, Buffet yang kini berusia 92 tahun, mengatakan, bahwa “Bitcoin tidak memiliki nilai unik sama sekali. Itu tidak menghasilkan apa-apa… Pada dasarnya itu adalah delusi” (bitcoin.com).

* Nouriel Roubini

Dalam sesi wawancara dengan Bloomberg, pada Februari 2021, Roubini mengatakan Flinstones (film kartun berlatarbelakang zaman batu) memiliki sistem moneter yang lebih baik ketimbang bitcoin. 

Pada kesempatan yang sama, konsultan ekonomi dan profesor di Sekolah Bisnis Stern Universitas New York ini menegaskan, bahwa bitcoin bukan aset terukur dan bukan pula penyimpan nilai (store of value) yang stabil.

“Mata uang kripto adalah keliru, itu bahkan bukan sebuah aset,” imbuhnya.

Teranyar, skeptisme dan penolakan ekonom senior berjuluk Dr Doom terhadap mata uang kripto adalah ketika ia menyitir data dari University of Cambridge dan Badan Energi Internasional, yakni terkait dampak buruk terhadap lingkungan, yang disebabkan oleh penambangan bitcoin. Dimana sebagian besar daya yang diperlukan menggunakan bahan bakar fosil (batu bara dan minyak bumi) dalam jumlah fantastis setiap tahunnya – daya komputasi berbasis bahan bakar fosil itu setara dengan total konsumsi listrik negeri Belanda pada tahun 2019.

Berangkat dari data itu, Dr Doom menyimpulkan, bahwa nilai fundamental bitcoin sebenarnya adalah nol, dan akan menjadi negatif jika pajak karbon diterapkan kepada para miner yang mengkonsumsi energi besar dalam rangka minning tersebut.

* Pemerintah China

Adakah negara yang paling keras menolak kehadiran crypto saat ini? Jawabannya: China.

Setelah beberapa kali melakukan pembatasan terhadap ruang gerak mata uang kripto, akhirnya pada medio Mei 2021, atas nama pemerintah China, tiga kelompok industri besar (Asosiasi Keuangan Internet Nasional China, Asosiasi Perbankan China, serta Asosiasi Pembayaran dan Kliring China), secara resmi melarang aktivitas penambangan, transaksi dan perdagangan aset kripto.

Sejumlah alasan dipaparkan terkait kebijakan itu, di antaranya: Transaksi mata uang virtual dinilai telah mengganggu tatanan ekonomi, kontrak perdagangan tidak dilindungi oleh regulasi setempat, crypto tidak didukung oleh nilai riil, dan perdagangan aset kripto bersifat spekulatif.

Kendati demikian, kepemilikan pribadi atas mata uang kripto masih diperbolehkan.

Dan seperti yang kita ketahui, larangan keras pemerintah Negeri Tirai Bambu terhadap segala bentuk aktivitas transaksi-perdagangan kripto menjadi satu dari sekian alasan utama, terjadinya cryptocrash pada medio Mei 2021, yang efeknya masih berlanjut hingga hari ini.

Bitcoin Bulls

bitcoin bulls (img by pexels.com)

* Bill Miller

Bill Miller, seorang investor dan fund manager Amerika Serikat (AS) yang terkenal, mengatakan bahwa Bitcoin (BTC) bukanlah bubble. Investor senior yang kini berusia 71 tahun itu menyebut BTC sebagai “Emas Digital” yang justeru lebih baik dari emas fisik.

“BTC adalah penyimpan nilai yang lebih baik daripada banyak aset keuangan,” ungkapnya dalam sesi wawancara dengan CNBC International, April 2021.

Dalam kesempatan yang sama, investor senior yang telah membeli bitcoin sejak 2014 (pada harga 350 dolar AS/BTC), menyatakan, bahwa pasokan bitcoin itu tumbuh 2 persen setahun, sementara permintaan tumbuh lebih cepat. Hal itulah yang membuat nilai BTC menjadi semakin tinggi.

* Jack Dorsey

Pendiri Twitter dan perusahaan pembayaran Square, Jack Dorsey, menjadi salah satu tokoh muda yang sangat optimistis akan masa depan mata uang digital, utamanya bitcoin.

Dorsey meyakini, setidaknya dalam 10 tahun mendatang, bitcoin akan mengambil alih dominasi dolar AS dalam sistem keuangan global, dan karenanya menjadi mata uang utama dunia.

“Dunia pada akhirnya akan memiliki mata uang tunggal, internet akan memiliki mata uang tunggal. Saya pribadi percaya itu akan jadi bitcoin,” ujarnya pada The Times, Maret 2018.

Yang terbaru, pada Konferensi Bitcoin yang berlangsung di Miami, 4-5 Juni 2021, Dorsey mengatakan: “Bitcoin benar-benar mengubah segalanya… Saya tidak berpikir ada hal yang lebih penting dalam hidup saya selain itu” (CNBC International).

* Deutsche Bank

Pada Desember 2019, perusahaan perbankan dan jasa keuangan global asal Jerman, Deutsche Bank, merilis hasil riset setebal 84 halaman, bertajuk “Imagine 2030”.

Yang menarik dari laporan riset tersebut, yakni setidaknya terdapat 3 topik yang menyinggung keberadaan cryptocurrency. Dan, pada topik berjudul: Cryptocurrencies: the 21st century cash (hal 60), secara eksplisit ditandaskan, dengan segala kelebihan yang melekat pada cryptocurrency, maka pada tahun 2030, permintaan terhadap mata uang digital tersebut akan meningkat tajam, hingga akhirnya menggantikan uang fiat.

Bisa jadi, lantaran riset futuristikpowerful inilah yang mendorong sejumlah bank/lembaga keuangan papan atas dunia ‘membuka diri’ terhadap mata uang kripto.

Adalah bank investasi Morgan Stanley yang menjadi lembaga keuangan besar AS pertama yang menawarkan bitcoin dan aset kripto lainnya kepada klien-nya yang kaya raya, pada Maret 2021. Kemudian, disusul oleh Goldman Sachs Group Inc (bank investasi dan jasa keuangan multinasional AS), dan rencananya Wells Fargo (bank terbesar ke-4 AS) akan turut serta.

Menariknya, niat Wells Fargo disampaikan justeru di saat harga bitcoin cs sedang terkoreksi tajam pada medio Mei 2021, usai pemerintah China resmi melarang segala aktivitas mata uang kripto.

[Elon Musk, tadinya masuk daftar para Bitcoin Bulls, namun dianulir dari daftar ini. Sikapnya yang berubah cepat, dari (seolah) mendukung, yakni membeli bitcoin dalam jumlah besar (Rp 21 triliun), mendongkrak pamor Dogecoin di medsos-nya, dan membolehkan produk mobil listrik-nya, Tesla, dibeli dengan bitcoin – lalu, tiba-tiba menghentikan pembelian Tesla dengan bitcoin karena alasan emisi CO2 yang sangat buruk, yang dihasilkan para miner BTC].

Data Global Crypto

data global crypto (img by pexels.com)

Kenaikan meteorik bitcoin yang mencapai All Time High (ATH) pada 14 April 2021, sebesar 64.800 dollar AS per keping, atau setara dengan Rp 939,6 juta (kurs Rp 14.500), ikut menggerek harga altcoin lainnya saat itu.

Bahkan, seminggu sebelum ATH, total market cap mata uang kripto tembus US$2 triliun, atau setara Rp 28.000 triliun (kurs 14.000), sebagaimana yang diberitakan Bloomberg pada 6 April 2021.

Dari angka tersebut, kapitalisasi pasar bitcoin mencapai lebih dari US$ 1 triliun, atau separuh lebih besar dari total kapitalisasi pasar cryptocurrency.  

Jadi, bitcoin hanya membutuhkan waktu 12 tahun untuk mencapai nilai pasar US$1 triliun lebih, sementara Apple Inc membutuhkan waktu sekitar 40 tahun untuk mencapai nilai yang sama.

Data Lokal Crypto

Menurut Oscar Darmawan, CEO Indodax Exchange, pada 14 April 2021, nilai transaksi aset kripto yang diperdagangkan di exchanger-nya mencapai Rp 131 miliar. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai transaksi tahun lalu.

Dari sisi member-nya, hingga saat ini (Mei 2023) telah mencapai 5,8 juta orang. Padahal, di tahun 2020, baru mencapai 2 juta orang saja.

Terkait ini, tahukah anda berapa nilai perdagangan aset kripto di Indonesia?

Menyitir apa yang disampaikan oleh Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, pada 14 Juni 2021 silam, nilai perdagangan aset kripto waktu itu barulah mencapai Rp 1,7 triliun per hari. Kini, sejak Februari 2023, nilai transaksi kripto telah mencapai Rp13,8 triliun. Naik 13,7% dari data Januari 2023 yang sebesar Rp12,14 triliun. Wow!

Dan, berdasarkan data terakhir dari Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi), total jumlah investor kripto di Indonesia telah mencapai angka 16,99 juta orang (Februari 2023). Jadi, terdapat kenaikan 13.000 orang dibandingkan dengan Januari 2022.

Manfaat Aset Crypto

manfaat aset crypto (img by pexels.com)

Bagi negara, manfaat dari jual-beli aset kripto sangatlah besar. Satu di antaranya dari sisi penerimaan pajak, dan uang yang berputar dalam negeri jika transaksi dilakukan pada exchange kripto dalam negeri. Sisi lainnya, terciptanya lapangan kerja baru, manakala sebuah pasar bursa kripto didirikan dan dilegalisasi pemerintah.

Manfaat lain yang tak kalah penting, yakni menumbuhkan iklim investasi di berbagai strata sosial. Sebab, trading kripto tidak membutuhkan middleman. Seseorang dapat menjadi trader dan atau investor aset kripto dengan mudahnya.  

Indonesia menjadi salah satu negara yang telah melegalkan perdagangan aset kripto sebagai komoditi digital, di bawah pengawasan Bappebti, yang berada di bawah Kementerian Perdagangan RI, yakni melalui Peraturan No. 5 tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (crypto asset) di Bursa Berjangka.

Sisi Negatif Selalu Ada

Melihat tingginya minat investor retail di 25 Bursa Kripto yang diakui legal di Indonesia, Kementerian Perdagangan berencana men-develop “bursa kripto Indonesia” pada akhir tahun 2021. Jika rencana ini terwujud, Indonesia menjadi negara pertama yang memiliki crypto exchange yang difasilitasi negara.   

Ibarat pisau, selalu mempunyai dua sisi: Sebagai alat potong dan juga dapat melukai. Demikian pula dengan investasi aset kripto. Jika diawali dengan niat baik, mental baik, management keuangan yang baik, dan sadar resiko besar dalam berinvestasi aset kripto yang volatil, maka niscaya manfaat positif yang diperoleh.

Siapa Peduli Kripto

Sebagaimana disinggung di atas, pro dan kontra tercipta tajam soal aset digital. Mereka yang kontra dan atau bersikap hati-hati untuk mendiversifikasi dananya ke dalam bentuk aset kripto, banyak. Sebaliknya, mereka yang mantap berinvestasi kripto pun banyak.

Nama-nama berikut adalah contoh para investor dan layanan bisnis yang memborong aset kripto, serta menerima cryptocurrency ke dalam praktik bisnisnya, baik atas nama individu maupun institusi: Jack Dorsey, Steve Wozniak, Bill Miller, Peter Thiel, Abigail Johnson, Tesla, Microstrategy, Silvergate Capital, PayPal, Mogo, Square, Visa, MasterCard, Morgan Stanley, Goldman Sachs, dll.   

Tidak hanya para investor senior yang masuk ke dalam bursa kripto. Menurut Head of Center of  INDEF (Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance), Nailul Huda, kepada Tempo.Co (29 April 2021), investor kripto di Indonesia lebih banyak diisi oleh investor muda milenial yang memang risk lover.    

Terbanyak kedua para pemburu mata uang kripto adalah generasi Z, yang mempunyai pendapatan menengah ke atas.

[Generasi Milenial lahir pada kurun waktu tahun 1981-1996, sedangkan generasi Z lahir pada 1997-2012].

Para investor muda ini tahu betul fluktuasi harga kripto. Namun, mereka justeru memang mengincar keuntungan dari volatilitas harga tersebut.

Apa yang positif dari data ini, yakni semakin tumbuh minat investasi di kalangan muda. Terlepas dari fluktuasi harga aset kripto. Tentu, di sinilah peran para exchanger dan pemerintah untuk terus meliterasi para milenial agar melakukan praktik investasi kripto yang bijak dan minim resiko.

Masa Depan Aset Crypto dan Blockchain

‘Rasa sakit’ alias ribuan antipati terhadap bitcoin cs dalam wujud aset kripto masih akan meradang dan berkontraksi dalam tahun-tahun ke depan. Namun, masa depan aset kripto dan blockchain sama pastinya dengan datangnya masa depan.

Dapatkah Anda Menahan Laju Masa Depan?

menahan laju masa depan (img by pexels.com)

Suka tidak suka, masa depan sedang mewujud dan akan terus datang, membawa serta semua teknologi revolusioner yang dengan sendirinya akan mendisrupsi teknologi lama.

Saat ini, di dunia investasi, aset kripto hanya dipandang sebagai ‘anak bawang’, dan bahkan menurut Dr Doom, kripto tak layak disebut sebagai aset atau instrumen investasi.

Narasi dan argumen serupa yang selalu dibangun di mana-mana oleh para penentang, bahwa aset kripto tidak memiliki underlying asset, maka itu ia bukanlah aset. Betulkah demikian?

Ingat, terciptanya harga aset kripto yang meroket, seperti bitcoin, bukan sembarang dan serampangan jadi. Supply and demand bukan satu-satunya pemicu harga sangat tinggi, dan atau sebaliknya sangat rendah.

Satu hal yang sering tak digubris oleh para penentang adalah tervalidasinya sebuah bitcoin, sebagai hasil penambangan oleh para miner, membutuhkan upaya keras untuk sampai ke titik itu – merakit unit komputer yang powerful, power consumption yang stabil, serta pemecahan kode matematik – itulah modal awalnya — itulah underlying asset-nya!

Jika harganya rendah, tidak sebanding dengan upaya dan modal yang digelontorkan. Bukankah itu sama saja dengan prinsip bisnis di manapun? Harga jual, pastilah di atas modal.

Masalah nilai bitcoin yang sangat tinggi, pun diperkuat dengan faktor ke-3, yakni kelangkaanya. Hanya ada 21 juta bitcoin sampai dengan tahun 2140. Hingga hari ini telah beredar sekitar 18 juta BTC.

Emas memang langka. Itu sebabnya harganya mahal. Tetapi, kelangkaan emas tak dapat pasti diukur. Ketika di suatu lokasi penambangan emas, dikonfirmasi sudah habis, ia berpotensi kelak ditemukan dan lalu ditambang di lokasi lain.

Tidak demikian dengan bitcoin. Kelangkaannya pasti. Itu tadi, hanya 21 juta. Ini artinya, semakin langka semakin mahal. Karenanya, bagi para bitcoiners, jika suatu hari nanti harga 1 BTC mencapai 14 miliar, bukanlah sesuatu yang terlalu menghebohkan.

Blockchain sendiri sudah tidak perlu diragukan eksistensinya di masa depan. Dengan segala keistimewaannya, yakni bersifat desentralisasi, transparansi, cepat dan imun terhadap peretasan – merupakan teknologi yang dapat diterapkan dalam banyak bidang, seperti perbankan, pertanian, pertanahan, kesehatan, pendidikan, musik, pemilu (politik), dan semua kemungkinan lain.

Uang Masa Depan?

Sebagaimana Imagine 2030, cepat atau lambat, cryptocurrency dan aset kripto akan menjadi arus utama dalam percaturan keuangan dan investasi global. Cryptocurrency akan menjadi uang masa depan.

Simbiosis revolusioner cryptocurrency dan blockchain yang akan terus berevolusi adalah jaminan pasti masa depan cerah aset kripto yang tidak bakal punah!

Dengan kata lain, aset kripto adalah sunrise business. Baru saja dimulai. Kemungkinan dan peluangnya masih panjang waktu terbentang.

Namun, penting diingat, trading kripto resiko loss-nya sangat besar, di samping peluang gain-nya pun fantastis. So, berpulang kepada anda untuk mengambil sikap, yakni menjadi pelaku aset Crypto yang wise, yang siap menanggung segala resiko keputusan trading-nya, dan atau tetap mengambil posisi sebagai penonton yang melihat keriuhan berlangsung setiap detik, dimana orang lain ‘mencetak’ profit membubung dalam sekejap.

Berpulang kepada anda!

Penafian:

Tulisan ini bersifat informasi; hanyalah opini pribadi penulis. Bukanlah saran investasi. Do Your Own Research (DYOR). Lakukanlah riset Anda sendiri secara mendalam! Segala aktivitas trading (buy and sell) dalam Exchange Crypto adalah keputusan Anda sendiri, dan menjadi tanggungjawab Anda pula.

https://www.satulangkah.com

Digital Marketing, SEO Practitioner, Content Creator, Ghostwriter, Political Marketing Strategy, Crypto Trader | Driven by Heart |"Jejak bagus masa lalu. mencipta kejutan-kejutan manis sepanjang hidup" (Calvyn Toar - Mei 2023).