infoBaswara.com, Jakarta – Lagu Raisa: Mantan Terindah, sepertinya tepat untuk menggambarkan, betapa tidak mudah melupakan si mantan pasangan. Tidak mudah, karena meski sudah berpredikat “mantan”, ia ternyata masih “yang terindah”. Widiih…
Apakah Anda sedang berjuang melupakan si mantan? Dan berusaha mencari berbagai tips melupakan mantan? Berhasilkah tips yang Anda terapkan? Nyatanya, menurut penelitian terbaru para psikolog dunia, melupakan si mantan adalah salah satu upaya yang sulit berhasil.
Mungkin, setelah Anda putus hubungan (baik-baik ataupun dengan cara tidak baik) dengan mantan, tak lama setelah itu Anda berhasil bisa kembali makan dengan nikmat, tidur nyaman, hati tak lagi melulu galau, dan dapat beraktivitas kerja dengan maksimal. Tetapi jujur, di lubuk hati Anda, wajah, suara, dan memori manis dengannya, tak mampu Anda abaikan. Semua tertanam di lubuk hati terdalam. Semua romansa mantan terindah itu, kadang-kadang (bahkan bisa jadi seringkali), sekelebat terbayang dan teringat lagi. Apalagi, jika Anda berada dalam situasi (tempat dan momen) dimana bersama dengan si mantan terindah, pernah ada di situ pada momen serupa.
Intinya, memang susah untuk melupakan “mantan spesial” begitu saja. Grace Larson, pakar psikolog hubungan, menerangkan 3 alasan mengapa susah melupakan si mantan.
Pertama, si mantan telah mengubah diri Anda
Seorang profesor psikologi dari Villanova University, Amerika Serikat, mengkonfirmasikan hal ini berdasarkan hasil penelitiannya. Prof Slotter dan tim mengamati hubungan 69 mahasiswa yang dipilih menjadi partisipan penelitian selama kurun waktu 6 bulan, dengan mempertanyakan status atau kondisi hubungan dan jati diri mereka per dua minggu.
Hasilnya, putus hubungan, membuat jati diri partisipan menjadi tidak jelas. Jati dirinya merosot tajam. Parahnya, partisipan yang mengalami perpisahan, semakin depresi karena tidak mengetahui siapa diri mereka setelah berpisah.
Dalam konteks ini, benarlah frasa: pasangan yang saling mencinta yang berhubungan semakin lama, semakin miriplah keduanya. Bukankah Anda pernah mendengar teman berkata: Wajah kalian berdua semakin mirip ya… Nah, itu dia!
Kedua, si mantan mengubah ritme biologis Anda
Profesor psikologi klinis asal University of Arizona, David Sbarra, dan Cindy Hazan, profesor pengembangan manusia di Cornell University, menemukan hasil penelitian yang menyimpulkan: Pasangan yang dicintai membantu untuk menyeimbangkan sistem fisik Anda.
Sebaliknya, terjadinya perpisahan dengan pasangan yang dicintai, itu sama berbahayanya dengan memisahkan bayi dari ibunya/perawatnya. Akibat dari itu, menjadi mudah marah, pola makan dan tidur terganggu, tidak bersemangat beraktivitas, dll.
Jadi, semakin dekat hubungan Anda dengan pasangan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap pikiran dan emosi Anda. Singkatnya, pasangan itu mengubah ritme biologis Anda.
Ketiga, perpisahan itu sesuatu yang sulit bagi seorang yang setia
Apakah hal yang paling berharga dalam suatu hubungan? Komitmen! Ya, komitmen menjadi perekat. Ibarat lem, komitmenlah yang menguatkan perangko dan kertas untuk tak mudah terlepas. Artinya, komitmen mengurangi peluang pasangan untuk berpisah.
Persoalan muncul ketika komitmen hanya dimiliki sepihak. Atau, yang satu begitu kuat dan menggebu komitmennya, sementara pasangannya biasa-biasa saja, atau bahkan tak berkomitmen yang sejalan. Nah, dalam kondisi ini, pihak yang paling setia berkomitmenlah, yang paling merasakan sakitnya diputuskan alias berpisah. Sakitnya tuh bukan cuma di ‘sini’ tetapi di ‘sana-sini’.
Tak sedikit pasangan yang begitu saling cinta dan telah sempat membuat komitmen bersama, seketika mengalami kemerosotan kebahagiaan dan minus gairah hidup setelah berpisah dengan pasangannya, yang kini tetap menjadi si mantan terindah. [CT]
sumber: kompas.com (edit calvyn toar)
featured img: thesheet.ng